Sekilas Tentang
Audit Sampling
Ketika melaksanakan audit, auditor
dihadapkan pada banyaknya sampel bahkan hingga ribuan sampel. Karena alasan
keterbatasan waktu pemeriksaan, tidak mungkin seluruh sampel diperiksa. Agar pemeriksaan
sampel dapat dilakukan tanpa mengurangi kualitas pemeriksaan, dilakukan
pemilihan sampel dengan cara audit sampling.
Dapatkan bukunya di Google Playstore
PROSEDUR AUDIT OPERASIONAL BANK
(AUDIT TERAPAN BERBASIS RISIKO)
Kunjungi http://bit.ly/1LDLepk
Tujuan audit sampling adalah
menyederhanakan proses pemeriksaan sampel. Walaupun hasil pemeriksaan dengan
sampel terbatas ini tidak menggambarkan seluruh sampel, namun paling tidak
proses pemilihan sampelnya dapat dipertanggungjawabkan. Disamping itu dengan
menggunakan salah satu metoda audit sampling, sample yang diperiksa terbebas
dari intervensi auditan.
Di dalam kertas kerja audit, metoda
sampling yang digunakan harus disebutkan agar sampel yang diperiksa dapat
dipertanggung-jawabkan. Jika tidak, kualitas hasil audit dipertanyakan. Oleh
karenanya nomor-nomor sampel yang diperiksa harus disebutkan di dalam kertas
audit sesuai dengan metoda sampling yang digunakan.
Ada dua metoda utama di dalam
melaksanakan audit sampling yakni secara statistik dan non statistik
(judgement).
A.
Metoda Statistik
1.
Random/ Acak
Pemilihan sampel dilakukan secara acak,
namun dengan dasar pemilihan sampel yang dapat dipertanggung-jawabkan. Saat ini
pemilihan sampel secara acak dapat dilakukan dengan mudah berkat bantuan
formula Rand () di dalam Microsoft Excel. Dari hasil nilai random tersebut,
auditan tidak dapat menawar nomor sampel yang akan diperiksa.
Sebagai contoh misal jumlah sampel yang
akan diperiksa 5.000 unit. Buatlah data random dengan menggunakan Excel sbb :
=INT(RAND()*5000)
Misal tampilan angka random yang
dihasilkan sbb :
Perhatikan angka yang muncul ekxtrim
dari nomor 1 s/d ribuan. Anda bisa langsung menggunakan nomor-nomor random
diatas sebagai dasar pemilihan sampel. Jumlah sampel yang diambil tergantung
besarnya jumlah sampel. Jumlah sampel besar, data yang disampling diatas 30
sampel, untuk jumlah sampel kecil minimal 30 sampel.
Contoh variasi pemilihan sampel
Tetapkan posisi nomor awal sebagai
basis, misal nomor pada koordinat kiri atas 3320 diteruskan kebawah 2462 hingga
3476 dilanjutkan ke kolom sebelah kanannya hingga mencapai jumlah sampel yang
Anda anggap cukup. Dapat pula dari kiri atas ke samping kanan dilanjutkan baris
berikut dibawahnya. Bahkan Anda pun dapat menyilang dari kiri atas 3320 ke
angka 400, 624, hingga 1105. Kemudian dilanjutkan menyilang dari kanan atas
3926, 3585 hingga menuju angaka 3476. Terserah Anda. Namun jangan lupa cara
Anda memilih nomor sampel tersebut harus disebutkan di dalam kertas kerja
audit.
Cara lainnya dengan membuat tampilan
angka random seragam 4 digit seperti berikut :
Gunakan formula berikut :
=INT(RAND()*(5000-1000)+1000)
Walaupun angka random yang
ditampilkan diatas ribuan, bukan berarti nomor sampel dibawah seribu tidak di
periksa. Anda dapat menggunakan cara, misal :
-
Membuang dua angka
di depan (contoh : 1810 menjadi 10)
-
Membuang dua angka
di belakang (contoh : 2270 menjadi 22)
-
Membuang satu angka
di depan dan dibelakang (contoh : 2412 menjadi 41)
-
dst menurut selera Anda asalkan konsisten dan
dijelaskan di dalam kertas kerja audit
Dengan menggunakan cara random
tersebut, auditan tidak dapat menawar nomor sampel yang harus disiapkan untuk
diperiksa.
2.
Sistematik
Pemilahan sampel dengan cara konsisten
berdasarkan rentang antar nomor sampel. Misal dari jumlah sampel 5.000 akan
diperiksa 50 sampel, maka rentang sampel (5.000 : 50) = 100. Artinya antara
sampel dengan sampel berikutnya adalam 100. Disini tinggal menetapkan nomor
awal sampel, misal nomor awal 12 maka nomor selanjutnya adalah : 112, 212, 312
dst hingga nomor sampel ke 5.000 dengan total 50 sampel. Dengan cara ini,
kuncinya pada nomor awal yang Anda tetapkan. Dengan demikian auditan pun tidak
dapat mengintervensi sampel yang akan diperiksa.
B.
Metoda Judgement
Sesuai dengan namanya, metoda pemilihan sampel dengan
cara ini tergantung pada ‘sense’ auditor. Oleh karenanya yang dapat menggunakan
metode ini pada umumnya adalah para auditor senior atau profesional.
Berdasarkan pegalamannya, auditor profesional mengetahui pada pos-pos mana yang
kemungkinan mengandung kesalahan/ penyimpangan.
Pemeriksaan sampel dengan cara sampling ini mengandung
risiko sampling, sebagai bagian dari risiko audit. Bisa jadi sampel yang
diambil tidak mencerminkan penyimpangan padahal sesungguhnya terdapat
penyimpangan. Semakin besar interval sampling, semakin besar risiko kesalahan
analisis, semakin rapat interval sampling semakin kecil risiko kesalahan. Oleh
karenanya kualitas hasil audit dengan sampel yang diperiksa seluruhnya berbeda
dengan jika sampel diperiksa secara sampling.
Untuk mengetahui lebih detil risiko sampling, Anda
dapat mempelajari buku Audit Sampling
yang disusun oleh Anies S.M. Basalamah yang berjudul Audit Sampling dengan Statistik : Teori dan Aplikasi, Edisi
Kedua, penerbit Usaha Kami.


No comments:
Post a Comment